Praxis Logo
PERSONAL DEVELOPMENT

Stres Kerja di Agensi? Terapkan 7 Tipe Istirahat Ini, Bukan Cuma Tidur!

Written by

Anggelin Triastifani

Invalid Date

Ilustrasi foto oleh Tara Winstead


Saya terbilang beruntung sebagai karyawan yang masih merasakan work from home dua hari seminggu, pada hari Senin dan Jumat. Selasa pagi adalah waktu saya kembali commute ke kantor di Jakarta. Setiap pagi, saya sering berpapasan dengan Mas Vicky—OB kantor yang sedang menyiapkan kopi pesanan di beberapa meja. Kopi yang siap menunggu untuk diminum begitu pemiliknya tiba.


Di agensi public relations tempat saya bekerja, kopi memang sudah menjadi bagian dari rutinitas. “Kalo ga ngopi, gue ga bisa mikir. Ngaruh banget ke produktivitas kerja. Kaya ngerasa fatigue,” begitu kata beberapa rekan kantor saya. Saya kemudian berpikir, apakah secangkir kopi adalah jawaban agar kita tidak stres kerja di dunia PR?


Kalian yang bekerja di agensi mungkin sependapat, sering kali mengandalkan kopi atau "pelarian" lain untuk menghadapi pressure dan burnout di tempat kerja. Tekanan kerja di industri PR dengan tumpukan tugas yang datang silih berganti memang sering membuat kita merasa overwhelmed.


Kopi mungkin bisa menjadi jalan ninja untuk “bertahan”. Namun, jangan lupakan hal yang sesungguhnya dapat mengembalikan stamina kita: Istirahat.


Kesalahpahaman tentang Istirahat


Awalnya saya kira tidur semalam penuh cukup. Sampai suatu ketika, saya membaca ada tujuh tipe istirahat yang dapat memulihkan diri kita secara menyeluruh. Ini disampaikan Dr. Saundra Dalton-Smith dalam bukunya Sacred Rest.


Ketujuh istirahat ini seperti diagnosa dokter, menjelaskan bahwa kita memerlukan penanganan istirahat masing-masing untuk jenis kelelahan yang berbeda-beda. Jika kalian bertanya, “Kenapa saya masih merasa lelah setelah tidur cukup?” Siapa tahu jawaban yang kalian cari ada di artikel ini.


Mari kita bahas satu per satu dengan gambaran dinamika kerja di public relations agency. (Spoiler nomor tujuh: Something you didn’t think you’d need until you needed it most!).


Tujuh Tipe Istirahat untuk Atasi Stres


1) Physical Rest (Istirahat Fisik)


Penyebab: Duduk berjam-jam di depan laptop sudah menjadi rutinitas praktisi public relations. Kurang gerak dan postur tubuh yang salah dapat menyebabkan ketegangan otot dan nyeri punggung. Aktivitas padat di luar kantor, seperti acara klien atau meeting maraton, juga menambah kelelahan fisik. Itulah mengapa physical rest sangat penting untuk memulihkan tubuh.


Rekomendasi:

> Luangkan waktu 5-10 menit untuk power nap saat memungkinkan.

> Lakukan peregangan ringan setelah duduk lama atau jalan kaki sejenak setiap beberapa jam setelah duduk lama.

> Prioritaskan olahraga rutin, seperti mengikuti kelas yoga atau pilates, agar tubuh tetap bugar dan tidak mudah lelah.


2) Mental Rest (Istirahat Mental)


Penyebab: Pekerjaan high demand tidak hanya berdampak secara fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kesehatan mental di dunia kerja. Tekanan dari perubahan prioritas cepat dan multitasking dengan deadline sempit dapat mengurangi produktivitas. Jika kita tidak istirahat mental yang cukup, stres bisa berkembang menjadi masalah emosional yang lebih besar (penjelasan lebih lanjut ada di nomor tiga!). Untuk itu, mental rest berperan dalam menjaga fokus dan efektivitas kerja.


Rekomendasi:

> Coba meditasi atau deep breathing singkat 5-10 menit setiap hari untuk meredakan ketegangan mental.

> Beralih ke aktivitas yang tidak memerlukan banyak konsentrasi, seperti mendengarkan musik atau merapikan ruang kerja.

> Sisihkan waktu untuk melakukan hal-hal sederhana yang dapat menenangkan pikiran, seperti duduk tenang dan menikmati secangkir teh.


3) Emotional Rest (Istirahat Emosional)


Penyebab: Jika tekanan mental dipicu oleh tuntutan untuk terus berpikir, tekanan emosional berkaitan dengan kebutuhan untuk meredakan ketegangan atau emosi yang berlebihan. Ini dapat terjadi dalam komunikasi di tempat kerja. Tekanan emosional bisa muncul saat kita menangani krisis atau terjadi miskomunikasi dengan klien maupun tim internal.


Selain itu, tekanan emosional juga bisa disebabkan oleh tekanan mental. Misalnya, ketika kita merasa cemas dan frustasi karena memaksakan diri untuk berpikir di saat overload, yang akhirnya membuat kualitas kerja menurun. Oleh karena itu, penting untuk menyadari cara mengelola emosi dan mengetahui kapan kita membutuhkan emotional rest.


Rekomendasi:

> Komunikasi yang baik dengan keluarga, teman, mentor, atau orang terdekat yang bisa memberikan solusi dan dukungan emosional untuk memperbaiki suasana hati.

> Menghabiskan waktu dengan menulis jurnal untuk meluapkan perasaan, jangan dipendam dalam hati!

> Me time dengan melakukan kegiatan yang membuat kita bahagia, seperti perawatan di salon atau menyantap makanan enak.


4) Spiritual Rest (Istirahat Spiritual)


Penyebab: Di suatu titik dalam karier, kita bisa terjebak dalam rutinitas yang monoton, sehingga merasa kehilangan tujuan serta makna dalam pekerjaan. Hal ini sering terjadi ketika kita terlalu fokus pada pekerjaan dan melupakan aspek-aspek penting dalam hidup.


Saya sendiri mengartikannya dengan menjaga keseimbangan antara menjalani kehidupan di dunia dan mendekatkan diri kepada Tuhan (Allah SWT). Spiritual rest membantu kita menemukan kembali motivasi dan menyadarkan kita pada nilai-nilai hidup yang lebih besar dari pekerjaan.


Rekomendasi:

> Alokasikan waktu untuk refleksi diri, misalnya dengan berdoa atau mengikuti kegiatan keagamaan.

> Temukan kegiatan yang mengembalikan tujuan hidup dalam jangka panjang dan membuat kita lebih bersyukur, seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan menjadi relawan.

> Praktikkan mindfulness untuk menemukan kedamaian batin.


5) Sensory Rest (Istirahat Sensorik)


Penyebab: Menjaga hubungan baik dengan klien dan jurnalis adalah tugas utama seorang praktisi public relations yang bekerja di agensi. Artinya, most of the time kita banyak terpapar suara notifikasi, dan sering melihat layar terang untuk berkomunikasi atau saat menghadiri virtual meeting. Ini dapat menyebabkan overstimulasi sensorik, yang berujung pada kelelahan, sehingga tubuh membutuhkan sensory rest.


Rekomendasi:

> Jadwalkan waktu digital detox dengan menjauhkan diri dari perangkat elektronik dan media sosial setidaknya beberapa jam setelah jam kerja.

> Jangan lupa untuk matikan notifikasi di gadget dan laptop atau gunakan airplane mode saat sedang cuti.

> Berkunjung ke tempat yang minim suara keras atau cahaya terang, lalu menikmati ketenangan agar pikiran kita lebih jernih dan tubuh merasa lebih relax.


6) Creative Rest (Istirahat Kreatif)


Penyebab: Bekerja di industri yang menuntut kreativitas terkadang bisa menyebabkan creative block—kehabisan inspirasi dan kesulitan menemukan ide baru. Di kondisi tersebut, otak kita membutuhkan creative rest. Istirahat kreatif memberikan ruang bagi pikiran kita untuk mengeksplorasi kreativitas tanpa tekanan, sehingga inspirasi baru dapat kembali mengalir.


Rekomendasi:

> Atur waktu untuk berkegiatan kreatif di luar pekerjaan, seperti melukis, bermain alat musik, atau berkebun.

> Ikuti workshop yang sesuai dengan interest kita untuk merangsang kreativitas.

> Ubah rutinitas harian untuk memberikan perspektif baru pada pekerjaan kita.


7) Social Rest (Istirahat Relasional)


Penyebab: Kesempatan untuk bertemu banyak orang mungkin menjadi salah satu alasan mengapa kita memilih bekerja di industri public relations. Meskipun kita merasa satisfied saat networking, interaksi sosial yang terus-menerus bisa menguras energi. Beristirahat dari pertemuan sosial memberi waktu bagi diri kita untuk recharge sebelum kembali berinteraksi dengan orang lain.


Rekomendasi:

> Beri ruang untuk diri sendiri setelah menjalankan tuntutan pekerjaan sehari-hari yang penuh interaksi.

> Dedikasikan waktu untuk aktivitas yang memberi ketenangan dan meremajakan diri, seperti pijat, mandi air hangat, atau jalan santai di ruang terbuka.

> Tetapkan batasan sosial untuk menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan.


Akhir Kata


Bekerja di agensi, yang fast paced dan banyak berhubungan dengan third party, menuntut kita untuk cermat menjaga kesehatan fisik dan mental. Ini penting agar kita tetap fit dan tidak mudah stres di kantor.


Dengan mengetahui tips mengatasi stres kerja dan menerapkan tujuh tipe istirahat di atas, kita dapat memulihkan tubuh dan pikiran secara optimal. Ini akan membantu kita merasa lebih bahagia, menjaga kesehatan, dan tentunya meningkatkan produktivitas. Jadi, mulai sekarang, mulai work-life balance dengan memberikan diri kita istirahat yang lebih menyeluruh—bukan hanya tidur apalagi sekadar minum kopi!


Jangan tunggu sampai kelelahan menjadi masalah besar. Hopefully, dengan menerapkan ini, kita bisa merasakan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari ya!


HOW CAN WE HELP?

© 2025 Praxis. All rights reserved. All articles and content on this site are the intellectual property of Praxis and our clients, and may not be reproduced or used without permission. This site is protected by reCAPTCHA and the Google Privacy Policy and Terms of Service apply. View our Privacy Policy.

POWERED BY PRAXIS
PRAXIS © 2025ALL RIGHT RESERVED.