Jika membahas soal musik hip hop, pasti kita sudah tidak asing dengan nama seperti Saykoji, Rich Brian, Iwa K, dan sebagainya. Namun, pernah dengar nama Yacko? Perempuan kelahiran Surabaya, 10 Oktober 1979 ini merupakan rapper perempuan di Indonesia. Yacko memulai karirnya sebagai rapper dengan mengeluarkan debut single berjudul “So What” pada tahun 2005 lalu. Saat menemani Yacko wawancara daring bersama dengan rekan media terkait kampanye yang dilakukannya bersama salah satu klien Praxis, diketahui bahwa kecintaan Yacko dengan musik hip hop sendiri dimulai sejak berusia 13 tahun.
Menyandang gelar Master of Business Administrations dan Diploma of Applied IT, sosok dengan nama asli Yani Oktaviana ini juga berprofesi sebagai Head of Campus Uniprep dan Unisadhuguna International College (UIC). Meskipun di permukaan kedua profesi yang ditekuninya tampak sangat bertolak belakang, namun bagi Yacko, kedua profesi tersebut memiliki persamaan yaitu bisa digunakan untuk memulai movement yang melibatkan orang banyak. Menekuni dua profesi yang sangat berbeda, dan ditambah perannya sebagai seorang ibu, Yacko ingin menunjukkan bahwa perempuan dapat melakukan berbagai hal sekaligus. Lebih lanjut, Yacko ingin memberikan contoh kepada generasi muda bahwa dengan keberanian untuk mengejar mimpi, kita dapat mencapainya.
Menurut Yacko, selama ini perempuan selalu dipandang sebagai objek yang lemah, tidak berdaya, sehingga kerap mendapat perlakuan tidak adil bahkan kurang menyenangkan seperti pelecehan seksual. Yacko juga mengakui bahwa dalam musik hip hop banyak lagu yang berisikan pesan merendahkan perempuan. Oleh karena itu, sebagai seorang perempuan Yacko sering menyuarakan berbagai isu terkait hak-hak perempuan sehingga lebih relevan kepada perempuan melalui karyanya.
Salah satu karya Yacko yang membahas isu perempuan adalah lagu Hands Off. Lagu ini mengisyaratkan perlawanan kekerasan terhadap perempuan yang juga Yacko alami sendiri. Yacko pernah mendapat perlakuan “kurang menyenangkan” ketika melakukan crowd surfing pada salah satu gig-nya. Melalui lagu ini, Yacko berharap kesadaran masyarakat terhadap perempuan korban pelecehan dan kekerasan semakin meningkat. Yacko menilai masyarakat Indonesia masih melanggengkan rape culture, istilah untuk menggambarkan suatu masyarakat maupun lingkungan yang terkesan menyepelekan pelecehan seksual termasuk pemerkosaan. Jika ada perempuan di jalan yang mendapat perlakuan tidak senonoh maka yang disalahkan adalah perempuan tersebut karena dinilai mengumbar aurat dan memancing nafsu laki-laki.
Lebih lanjut, menurut Yacko perempuan tidak hanya sebatas 3M, yakni masak (mengurus rumah tangga), manak (mengurus anak), dan macak (berdandan). Perempuan berhak merdeka atas pilihannya. Baginya perempuan yang hebat adalah perempuan yang jujur dan mencintai dirinya sendiri. Hal tersebut yang kemudian memperkuat komitmen Yacko sebagai rapper meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa diskriminasi sebagai seorang rapper perempuan kerap diterimanya.
Yacko saat ini sedang berkolaborasi dengan brand kecantikan dan kesehatan, Himalaya dalam kampanye #AlamiLawanJerawat. Melalui kolaborasi tersebut, Yacko bersama Mardial meluncurkan lagu Win the Fight. Lewat lagu tersebut, Yacko menyampaikan suaranya dan menunjukkan dukungannya bagi kepada pejuang jerawat dalam perjuangan sehari-hari mereka melawan jerawat serta stigma yang menyertainya.
Yacko juga menitipkan pesan kepada para perempuan untuk terus mengembangkan diri dengan mencari informasi yang dapat mengembangkan kemampuan di bidangnya masing-masing, terus berkompetisi tanpa saling menjatuhkan, dan bergerak maju bersama perempuan lainnya.