• Home
  • Current: Stories

5 Pola Konsumsi Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19

31 Oct 2020 | STORIES | 0 Comment
Title News

Tahun 2020 bisa dikatakan sebagai tahun perubahan bagi setiap individu. Bermula dari merebaknya Cvid-19 yang mengharuskan Pemerintah untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada bulan April dan September 2020. Penerapan PSBB ini mengharuskan setiap masyarakat beradaptasi terhadap perubahan. Mulai dari kebiasaan menghabiskan waktu di luar rumah, kini harus melakukan segala aktivitas dari rumah. Perubahan kebiasaan ini beriringan dengan pergeseran tren konsumsi masyarakat. Pergeseran tren konsumsi tersebut dilihat dari hasil riset yang dilakukan oleh DBS Group Research di yang bertajuk Covid-19’s Impact on Indonesian Consumers. Riset tersebut melibatkan 545 responden dengan temuan menarik bahwa terdapat 5 pola konsumsi masyarakat Indonesia selama pandemi. Penasaran apa saya? Yuk, kita simak!

1. Kesehatan dan Kebersihan adalah kunci

Ingat fenomena kelangkaan akan produk kesehatan seperti masker medis, hand sanitizer dan sabun cuci tangan? Saat wabah Coid-19 ditemukan di Wuhan, Cina dan mulai menyebar ke berbagai negara, masyarakat Indonesia dilanda panic buying. Kesadaran akan kebersihan diri dan lingkungan meningkat tajam hingga saat ini. Hasil riset DBS Group Research membuktikan 54% responden mengaku akan tetap konsisten mengkonsumsi suplemen untuk menjaga daya tahan tubuh. Lebih jauh lagi, 87% responden menyatakan akan lebih dalam lagi memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan setelah pandemi berakhir. Dengan kata lain, kesadaran konsumen akan kesadaran kesehatan dan kebersihan menjadi hal nomor satu dalam mengkonsumsi. 

2. Fine dining di rumah aja adalah kebiasaan baru

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebelum era pandemi, masyarakat Indonesia gemar untuk makan bersama di restoran atau kafe.  Besarnya minat masyarakat terhadap pola konsumsi makan bersama di restoran pun seiring dengan pertumbuhan restoran dan kafe di kota-kota besar terutama Jakarta. Berdasarkan data yang dilansir dari Bisnis.com, Pertumbuhan bisnis ritel terutama restoran dan kafe tumbuh 15-20% di tahun 2019.  

Berbeda di tahun 2020,  situasi pandemi mengubah pola konsumsi masyarakat di mana mereka  lebih memilih untuk tidak keluar rumah selama pandemi. Masih dari hasil riset yang sama bahwa menyatakan pola kebiasaan makan bersama di restoran turun menjadi 5% dari sebelumnya 35% sebelum pandemi. Berbanding terbalik dengan preferensi masyarakat dalam menghabiskan waktu makan bersama di mana sebelumnya lebih suka makan di restoran (42%) kini lebih suka memasak di rumah (69%). Selain itu, konsumsi makanan melalui aplikasi pesan online pun naik sebesar 4%. Hal inilah yang menjadi dasar bisnis kuliner untuk bergeser pada model bisnis grab and go atau delivery

3. Pakettt! Hal yang paling ditunggu selama di rumah

DBS Group Research melalui riset ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia (73%) lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan dan supermarket meskipun pandemi berakhir. Hal ini dilakukan selain sebagai untuk memenuhi kebutuhan tetapi juga sebagai kegiatan rekreasi. Akan tetapi, kebijakan PSBB selama pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Penurunan tajam terlihat dari bagaimana masyarakat berbelanja. riset membuktikan bahwa masyarakat Indonesia menghindari untuk  berbelanja ke toko (24%) dan lebih memilih berbelanja melalui e-Commerce (66%). Mudahnya akses dan banyaknya promo di e-Commerce menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. 

4. Pasar tradisional perlu go digital 

Pasar tradisional merupakan favorit masyarakat dalam berbelanja. Hal ini dibuktikan dalam riset ini di mana sebanyak 50% mengaku bahwa lebih suka berbelanja di pasar tradisional dibanding tempat lain. Kelengkapan, kesegaran produk dan juga harga yang bisa ditawar menjadi magnet tersendiri bagi konsumen. Sayangnya, konsumen yang masih berbelanja di pasar tradisional menurun menjadi 30% selama penerapan PSBB.  Saat konsumen lebih memilih berbelanja secara online melalui aplikasi (21% ) karena alasan kesehatan dan keamanan. 

5. Santai di rumah menjadi kegiatan rekreasi utama

Pemerintah mulai memberlakukan kebijakan PSBB transisi di mana restoran, kafe, pusat perbelanjaan dan tempat hiburan boleh beroperasi dengan kapasitas 25%. Memasuki era PSBB transisi memungkinkan masyarakat untuk bepergian tentunya dengan ketentuan protokol kesehatan. Hal ini dibuktikan dalam riset DBS Group Research di mana 72% responden tetap lebih memilih melakukan kegiatan dari rumah saat penerapan PSBB. Hal ini menandakan bahwa produk dan pelayanan home entertainment masih menjadi kebutuhan bahkan setelah pandemi berakhir. 


 

 

 

 


 

Written by: Nadya Ayuningtyas
Comments
Leave your comment