• Home
  • Current: Stories

Sistem Penghantaran Nikotin Elektronik (ENDS) Dapat Jadi Solusi Berhenti Merokok   

29 Nov 2020 | STORIES | 0 Comment
Title News

Merokok adalah permasalahan serius bagi Indonesia. Setiap tahun, ada lebih dari 225.700 orang yang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan merokok. Namun, fakta ini tidak lantas menghentikan lebih dari 469.000 anak-anak dan 64.027.000 orang dewasa yang merokok setiap harinya. Hingga tahun 2020, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan melaporkan bahwa biaya yang telah dikeluarkan untuk pengobatan kasus penyakit yang terkait rokok dan tembakau, khususnya Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) menghabiskan sekitar Rp 5,9 triliun. Merokok sangat berbahaya karena pembakaran dari tembakau menghasilkan asap yang mengandung bahan kimia karsinogenik (penyebab kanker) dan racun yang apabila masuk ke dalam tubuh dapat mengakibatkan berbagai penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, sudah saatnya masyarakat mulai mengurangi rokok bahkan berhenti dari merokok.

Kenyataan bahwa masyarakat tahu resiko merokok bagi kesehatan, tidak membuat upaya untuk menghentikan kebiasaan merokok menjadi lebih mudah. Baik bagi perokok lama atau orang yang hanya merokok sesekali, berhenti merokok dirasa sangat sulit. Salah satu opsi yang populer dalam berhenti merokok adalah menggunakan sistem penghantaran nikotin elektronik (ENDS) yang populer disebut rokok elektrik atau perangkat vaping. 

Peneliti WHO dr Ranti Fayokun mengakui produk rokok elektrik lebih tidak berbahaya dibandingkan dengan rokok konvensional. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Public Health England, yang merupakan bagian dari Department of Health and Social Care United Kingdom.

 Chief Executive Public Health England, Duncan Selbie menyatakan rokok elektronik 95% lebih tidak berbahaya bagi kesehatan dibandingkan rokok biasa, serta berpotensi membantu perokok untuk berhenti.

 “Vape tidak 100% aman, namun kebanyakan zat yang menyebabkan penyakit karena merokok tidak ditemukan pada vape, serta bahan kimia yang ada menimbulkan bahaya yang terbatas,” ujar Duncan dalam keterangan tertulis pada Februari 2020.

Menanggapi hal ini, Ketua Umum Aliansi Pengusaha Penghantar Nikotin Elektronik Indonesia (APPNINDO) Syaiful Hayat mengatakan APPNINDO menyambut baik hasil penelitian mengenai rokok elektrik tersebut dan siap untuk membuka diskusi dengan pihak terkait.

 “Pada kenyataannya, rokok elektrik lebih aman dari rokok konvensional karena risiko terhadap kesehatan yang ditimbulkan jauh lebih rendah. Hal tersebut menjadikan rokok elektrik sebagai alternatif bagi rokok konvensional. Kami terbuka untuk diskusi agar peraturan terkait rokok elektrik di Indonesia dapat menunjukkan dampak positif untuk produktivitas dan kesehatan masyarakat,” tutur Syaiful.

Pernyataan dari Dr. Fayokun yang juga peneliti dari National Capacity-Tobacco Control Prevention of Noncommunicable Diseases dinilai akan berpengaruh bagi pengguna vape dan rokok elektrik di Indonesia. Adapun di Indonesia, hingga Desember 2019 pengguna vape di Indonesia mencapai satu juta orang. Data tersebut diperoleh dari Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI). Pengguna vape di Indonesia berasal dari berbagai kalangan profesi, termasuk dokter dan ilmuwan.

Berdasarkan berbagai penelitian, produk alternatif ini memiliki profil risiko lebih rendah dibandingkan rokok konvensional yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti kanker, serangan jantung, diabetes dan lainnya.


 

Written by: Nadya Ayuningtyas
Comments
Leave your comment