Serial Netflix, The Crown telah mencuri perhatian penonton dengan season terbarunya yang dirilis bulan ini. Serial ini mengangkat tema besar pemerintahan Kerajaan Britania Raya. Lewat keempat season-nya, penonton seperti dibawa dengan mesin waktu yang melihat ragam peristiwa bersejarah, skandal dan kondisi politik di Inggris. Sang penulis cerita, Peter Morgan tidak tanggung-tanggung dalam bercerita. The Crown menampilkan situasi Inggris mulai dari era pemerintahan King George V dan Queen Elizabeth II.
Tidak seperti serial atau dokumenter sejarah pada umumnya, alur yang dibawakan cukup menegangkan dan banyak kejutan. Tidak hanya itu, banyaknya easter egg terkait dengan kehidupan nyata pun membawa kepuasan sendiri kepada penonton. Melalui serial ini, penonton dapat belajar ragam protokol kerajaan yang tentunya tidaklah sederhana namun menarik untuk diketahui. Apa saja protokol kerajaan yang dapat kita pelajari dalam serial The Crown? Berikut tiga hal menarik dalam serial The Crown pilihan pribadi saya:
1. Anggota Kerajaan Tidak Diizinkan Memiliki Pandangan Politik
Pada tahun 1980an, sebagian besar media di Inggris memberitakan ketegangan antara Queen Elizabeth II dengan Perdana Menteri Margaret Tatcher. Hal ini disebabkan ketidak cocokan antara gaya kepemimpinan Margaret Thatcher yang dikenal keras dan Queen Elizabeth II dengan pendekatan monarkinya. Ketegangan tersebut pun sampai pada puncaknya di mana media Sunday Times mengutip pendapat Queen Elizabeth II yang disampaikan oleh orang kepercayaan Kerajaan Britania Raya. Kutipan tersebut dijadikan sebuah headline bertajuk “Queen Elizabeth II Kecewa dengan Kebijakan Perdana Menteri, Thatcher”. Artikel tersebut tampil pada halaman utama Sunday Times. Banyak konspirasi di mana kutipan tersebut sengaja disampaikan kepada sang Editor tetapi ada juga yang mengatakan kutipan tersebut keluar dari kantor press Kerajaan Britania Raya. Peristiwa ini membuat gempar dunia politik Inggris. Hal tersebut menjadikan pelanggaran besar bagi Protokol Kerajaan di mana anggota kerajaan dilarang memiliki pandangan politik.
Hal ini dikarenakan Kerajaan Britania Raya merupakan “wajah” dari negara Inggris. Penampilan citra Kerajaan Britania Raya harus relevan dengan semua golongan masyarakat dengan latar belakang apapun.
2. Pernikahan Merupakan Integritas Kerajaan
Pada season kali ini, The Crown menampilkan cerita perjalanan cinta Prince Charles dan Princess Diana. Kedua pasangan tersebut menikah pada tahun 1981 dan dikenal sebagai “Fairytale Wedding” di mana seorang perempuan pintar, muda dan cantik jatuh cinta pada Prince pewaris takhta kerajaan. Akan tetapi, pernikahan tersebut tidak seindah cerita dongeng buku anak-anak. Ketidak cocokan, ketidaksetiaan dan komitmen Prince Charles terhadap Putri Diana kerap kali menjadi isu media saat itu. Prince Charles yang sering tertangkap kamera bertemu dengan Camilla Parker-Bowles, mantan kekasihnya sebelum Diana. Lebih lanjut lagi, Diana menderita penyakit bulimia akibat tertekan kehidupan kerajaan yang baru baginya.
Dalam serial The Crown, Prince Charles meminta lebih dari sekali kepada Queen Elizabeth II untuk diizinkan bercerai dengan Princess Diana. Akan tetapi, Queen Elizabeth bersikeras untuk menolak karena perceraian merupakan sebuah dosa dalam agama Roman Katolik yang dipegang teguh anggota kerajaan. Selain itu, pernikahan merupakan simbol paling kecil sebuah keutuhan Kerajaan Britania Raya. Apabila terjadi perceraian maka integritas dan keutuhan kerajaan akan jadi pertanyaan seluruh dunia.
3. Queen Elizabeth II Selalu di Depan
Pernahkah terlintas di pikiran kalian, kenapa Queen Elizabeth selalu paling depan dan tidak ada orang yang mendampingi saat berjalan? Hal ini tidak lain dan bukan adalah Protokol Kerajaan berdasarkan hirarki. Posisi berjalan maupun berdiri menunjukkan posisi setiap anggota kerajaan terhadap takhta. Protokol kerajaan yang satu ini tidak hanya diterapkan saat menghadiri acara atau di depan publik tetapi juga dalam keadaan informal. Salah satu contohnya adalah saat Elizabeth secara garis keturunan menjabat sebagai pemimpin kerajaan, sang Nenek langsung memberikan penghormatan ketika berpapasan dengan Elizabeth diikuti oleh ibu, adik dan kerabat keluarga lainnya. Hal ini berlaku sesaat King George V meninggal. Hirarki ini menunjukkan posisi dan otoritas jelas masing-masing anggota kerajaan di mata publik dan internal.
Kehidupan Kerajaan memiliki daya tarik tersendiri bagi publik dan juga media. Hal ini termasuk didalamnya peraturan serta protokol yang menjaga keutuhan serta citra yang dikenal oleh publik. Citra tersebut tidak hanya untuk satu institusi yaitu kerajaan saja tetapi juga keutuhan negara. Melalui serial ini kita dapat belajar bagaimana sebuah etika dan protokol dapat membangun sebuah citra yang baik, positif dan tentunya yang diinginkan. Jangan lupa siapkan cemilan yang banyak dan undang teman untuk nobar bareng serial ini ya!