• Home
  • Current: Stories

Empat Teori komunikasi yang Dapat Meningkatkan Efektivitas Interaksi Sehari-hari

19 Jan 2021 | STORIES | 0 Comment
Title News

Komunikasi merupakan keterampilan (skill) yang sangat penting untuk dimiliki oleh setiap individu dengan latar belakang pekerjaan apapun. Sebagai praktisi Public Relations, keterampilan komunikasi sudah menjadi “kunci” dalam kesuksesan melakukan setiap pekerjaan dan tantangan yang dihadapi. 

 

Pernahkah Anda menghadapi situasi canggung dalam satu kesempatan acara netwkorking? Bertemu orang baru membawa rasa tidak nyaman dan aman dalam berkomunikasi. Ragam karakter individu yang ditemui setiap harinya menciptakan tantangan tersendiri dalam berkomunikasi. Tantangan lain yang umum ditemui oleh seorang praktisi Public Relations adalah bagaimana menyampaikan key message yang dapat diterima oleh masyarakat, menyampaikan kiritik kepada tim dan eksternal serta menginterpretasikan sebuah pesan. 

 

Tantangan komunikasi yang kerap ditemui dapat diatasi dengan ragam teori yang disampaikan dalam buku The Communication Book: 44 Effective Communication Theory oleh Mikael Krogerus dan Roman T. Buku tersebut menghadirkan 44 teori komunikasi yang disajikan dalam empat kategori yaitu: (1) Job and Career, (2) Self and Knowledge, (3) Love and Relationship and (4) Words and Meanings. Dalam artikel ini, kita akan membahas tiga teori komunikasi yang dapat meningkatkan efektivitas komunikasi sehari-hari dalam dunia kerja. Yuk, mari kita simak!

 

  1. Job and career: Storytelling 

Sebagai seorang praktisi Public Relations, menyampaikan sebuah konsep atau pesan ke masyarakat dalam bentuk konten artikel, video maupun social media post merupakan ‘makanan’ sehari-hari. Akan tetapi, bagaimana pesan dapat sampai didengar oleh masyarakat? Dalam buku ini dibahas penyampaian pesan yang baik adalah dengan bercerita atau storytelling. Pengamat komunikasi, Walter Fisher berpendapat (1984) setiap orang ingin mendengarkan cerita yang bagus, bukan argumen logis. Oleh karena itu, setiap pesan yang ingin disampaikan dapat mengikuti sequence cerita dongeng untuk membuatnya jadi lebih menarik dan dapat diterima seperti di bawah ini: 

  • Abstract: Bagaimana cerita ini dimulai? 
  • Orientation: 5W + 1H 
  • Complicating action: masalah yang harus diselesaikan 
  • Resolution: Solusi yang dapat dilakukan
  • Evaluation: Apa hasil dari solusi tersebut?
  • Coda: Pesan moral dari cerita yang disampaikan. 

 

  1. Self and knowledge: Talk to a stranger

Pernahkah Anda menemukan situasi canggung saat bertemu dengan orang baru? Bingung ingin membuka topik untuk mencairkan suasana hingga membuka diri terhadap orang baru, pun menjadi tantangan yang sering dihadapi. Hal ini bisa diatasi dengan memulai obrolan ringan dengan menanyakan pendapat akan suatu topik kepada orang tersebut. Contohnya adalah “Saya ingin mengganti makanan kucing saya, lebih baik merk apa, ya?”Bahwasanya setiap orang senang apabila dibutuhkan sehingga pertanyaan tersebut akan membuka jalan bagi orang baru untuk membuka diri. Selanjutnya, menanyakan pertanyaan lanjutan setelah membuka topik merupakan hal yang baik untuk dilakukan sehingga pembicaraan akan berjalan dua arah. Hal paling penting adalah lebih banyak mendengar karena dengan mendengar kita jadi lebih mengenal orang tersebut. Satu hal yang harus dihindari adalah jangan menanyakan pertanyaan personal seperti pekerjaan. Pertanyaan ini bisa jadi orang tersebut tidak nyaman atau menikmati pekerjaan mereka sehingga dapat “membunuh” suasana obrolan. 

 

  1. Love and relationship: Nonviolent communication

Tidak jarang konflik muncul bukan hanya karena apa yang dikatakan oleh seseorang tetapi bagaimana orang tersebut menyampaikan pesan. Psikolog asal Amerika Serikat, Marshall B. Rosenberg (1934-2015) menyampaikan terdapat dua jenis bahasa komunikasi yang biasa ditemukan dan menimbulkan konflik, yaitu “the language of jackal”. The jackal language menampilkan seseorang yang superior dan orang lain inferior dengan tipikal bahasa di bawah ini: 

  1. Analysis: Hal yang kamu lakukan itu salah karena….
  2. Criticism: Kesalahan yang kamu buat karena kamu malas dalam…
  3. Interpretations: Kamu melakukan tindakan tersebut karena….
  4. Appraisals: Kamu malas/kamu salah 
  5. Threats: Kalau kamu tidak mengerjakan segera akan saya adukan…

 

Sementara di sisi lain, terdapat teori the language of the giraffe yang mana melihat orang lain secara sama dan menyampaikan sesuatu dengan cara sopan dan konstruktif: 

  1. Observe without evaluating: Saya perhatikan kamu akhir-akhir ini sering melamun, apakah ada masalah?
  2. Acknowledge and define your own or others feels: Saya khawatir dengan kamu karena…
  3. Acknowledge needs and take them seriously: Saya ingin mengetahui apakah kamu baik-baik saja 
  4. Express clear and achievable objectives based on the needs: Mohon beritahu saya apa yang Anda butuhkan sehingga kita bisa bicarakan


Ketiga teori tersebut dapat membantu kita meningkatkan efektivitas komunikasi sehari-hari, tidak hanya dalam lingkungan kerja tetapi juga kehidupan pribadi. Terkadang, kita suka lupa detil kecil dalam berkomunikasi sehingga dapat mengaburkan pesan yang sebenarnya ingin disampaikan. 

Nah, berdasarkan ketiga jenis komunikasi tersebut, teori manakah yang ingin kamu coba terlebih dahulu? Yuk, tulis di kolom komentar di bawah ini!

 

Written by: Nadya Ayuningtyas
Comments
Leave your comment