Beberapa tahun belakangan ini, penyakit kejiwaan atau mental illness semakin marak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya keterbukaan dari para pasien penyakit kejiwaan terhadap penyakit yang dideritanya. Selain itu, banyak dari public figure yang akhirnya secara terbuka menjelaskan mengenai penyakit yang diidapnya ke masyarakat luas, salah satunya adalah Awkarin. Pada awal bulan Juli 2021 kemarin, Awkarin mengunggah sebuah video mengenai pengalaman pribadinya sebagai pasien Gangguan Bipolar di halaman Instagram pribadinya dan video ini sudah ditonton oleh lebih dari 900 ribu kali. Tetapi, stigma negatif, label buruk, dikucilkan serta diskriminasi terhadap pasien Gangguan Bipolar masih saja bermunculan. Maka, kita perlu mengenal lebih jauh Gangguan Bipolar agar masyarakat menjadi memiliki kesadaran yang tinggi serta kepekaan terhadap isu kesehatan ini.
Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Gangguan Bipolar atau Bipolar merupakan kondisi otak dan perilaku dimana seseorang mengalami perubahan suasana hati dan energi secara fluktuatif dan drastis yang menyebabkan kesulitan dalam beraktivitas. Bipolar menyebabkan perubahan suasana hati yang dapat mengakibatkan seseorang sangat senang (mania/manik) atau sangat sedih (depresif). Akan ada saat dimana pasien Bipolar sangat bersemangat, penuh ide, sangat berenergi hingga kesulitan tidur, dan menjadi sangat agresif, dan akan ada juga saatnya dimana pasien Bipolar mengalami rasa sedih yang berlebihan, cemas, putus asa, pesimis, tidak bisa berkonsentrasi, tidak berenergi, gelisah, tidak nafsu makan, bahkan muncul pikiran untuk bunuh diri. Perubahan suasana hati yang ekstrim tersebut adalah yang disebut sebagai episode.
Bipolar tidak dapat didiagnosa dengan pemindaian otak ataupun pengambilan darah, tetapi Bipolar dapat didiagnosa melalui tanda-tanda, gejala, serta sejarah penyakit keluarga. Diagnosa Bipolar ini tidak dapat dilakukan sendiri (self-diagnosis), melainkan harus dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa. Dokter akan menganalisa patologi dari episode yang terjadi, gejala serta tanda yang terjadi, serta akan melakukan beberapa assessment pada pasien. Setelah tahapan diagnosis, dokter akan memberikan rencana pengobatan serta terapi yang cocok bagi pasien.
Terdapat beberapa metode psikoterapi yang biasa digunakan untuk menangani pasien Bipolar:
- Interpersonal and Social Rhythm Therapy (IPSRT)
Metode ini berfokus pada kestabilan dari ritme aktivitas sehari-hari pasien. Semakin teratur ritme aktivitas, semakin mudah bagi pasien untuk mengendalikan gejala terjadinya episode.
- Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
Melalui CBT, dokter membantu pasien dalam mendeteksi hal yang dapat memicu gejala munculnya episode yang berfokus pada pikiran dan perilaku pasien. Dokter akan menganalisa pikiran negatif pasien yang dapat menyebabkan perasaan serta perilaku negatif, begitu pula sebaliknya. Metode ini digunakan untuk memahami penyebab masalah yang dialami pasien dan akan menjadi kerangka untuk mengembangkan prosedur terapi pasien.
- Psychoeducation
Dokter akan memberikan informasi mengenai kondisi yang sedang pasien alami, dan pasien dapat mengidentifikasi sendiri gejala-gejala munculnya episode, sehingga pasien dapat membuat sendiri strategi penanganan Bipolarnya.
Selain psikoterapi, terdapat beberapa obat yang seringkali diberikan kepada pasien Bipolar untuk mengendalikan serta mengontrol perubahan suasana hatinya, seperti mood stabilizer, antikonvulsan, antipsikotik, dan antidepresan. Obat-obatan ini tidak serta merta diberikan secara bebas oleh dokter, tetapi harus dengan perhitungan yang sangat hati-hati oleh dokter. Selain itu, dosis dari obat tersebut juga tidak langsung cocok, mungkin akan terjadi beberapa kali terjadi penyesuaian dosis.
Jika tidak ditangani secara tepat, pasien Bipolar akan semakin sulit untuk mengontrol serta mengendalikan suasana hatinya, meningkatkan keinginan bunuh diri, serta penurunan kualitas hidup pasien. Tidak hanya secara mental, pasien Bipolar akan mengalami pengurangan massa otak, karena ada ketidakseimbangan neurotransmiter pada sel-sel saraf jika tidak segera ditangani dengan tepat. Selain kemampuan sel-sel otak akan menurun, kemunduran kemampuan berpikir juga akan menurun bagi pasien Bipolar.
Keluarga memegang peranan penting dalam penanganan dari kondisi pasien Bipolar. Keluarga juga dapat menjadi caretaker bagi pasien Bipolar. Keluarga dapat membantu pasien mencegah dan mengendalikan munculnya gejala atau tanda munculnya episode, mengawasi terapi serta pengobatan pasien, dan yang terpenting adalah menjadi pendukung moral bagi para pasien Bipolar, karena Bipolar tidak dapat disembuhkan melainkan dapat dikendalikan.