Dunia sempat dikejutkan oleh keluarnya Inggris dari Uni Eropa beberapa tahun lalu. Fenomena yang disebut sebagai Britain Exit (Brexit) ini telah menjadi salah satu peristiwa penting dalam perpolitikan modern karena merupakan antitesis bagi para penganut paham multilateralisme yang percaya bahwa integrasi regional akan mendorong kemakmuran antarbangsa.
Brexit merupakan salah satu fenomena yang banyak mendapat perhatian dari masyarakat dunia karena Inggris telah menjadi bagian dari Uni Eropa selama lebih dari 40 tahun. Mundurnya Inggris dari Uni Eropa ini juga sangat mendapatkan perhatian dari media, baik media lokal Inggris maupun media internasional, termasuk CNN.
CNN sedikit banyak telah merevolusi tatanan perpolitikan dunia. Sebagai pelopor pemberitaan langsung selama 24 jam, CNN mampu memberikan liputan langsung secara real time. Karena ini CNN menjadi sumber berita utama yang memberikan liputan langsung peristiwa-peristiwa internasional seperti Perang Teluk dan Perang Bosnia. CNN juga dianggap memiliki dampak dalam kebijakan Amerika Serikat terkait konflik-konflik seperti Perang Teluk, Perang Bosnia, dan intervensi militer di Kosovo. Karena kemampuannya dalam mempengaruhi persepsi, opini, dan kebijakan terkait dengan peristiwa-peristiwa penting di dunia, maka muncullah istilah CNN effect.
Terkait perkembangan Brexit, mulai dari awal tercetusnya, referendum, hingga pemberitaannya setelah Inggris resmi keluar dari Uni Eropa. CNN merupakan media yang intensif memberitakan setiap perkembangan isu Brexit, bahkan CNN memiliki halaman tersendiri untuk pemberitaan terkait Brexit.
Berita yang ditampilkan oleh CNN dalam laman website nya pun dikemas dalam berbagai sudut pandang, ada dari sudut pandang pemerintah, ekonomi, dan tentu saja masyarakat Inggris dalam memandang isu Brexit.
Dalam memberitakan Brexit, CNN juga secara sengaja maupun tidak turut berkontribusi dalam pembentukan opini di masyarakat Inggris. Pembentukan opini yang dilakukan media sendiri terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu agenda-setting, priming, dan framing.
Pada media berita seperti CNN, agenda-setting menggambarkan dan menjelaskan peran media berita dalam membangun konsensus tentang isu-isu terpenting saat ini. Dalam membangun agenda-setting terkait isu Brexit, CNN melakukannya dengan cara menambah intensitas pemberitaan menjelang referendum.
Pada Juli 2016, bulan dimana dilakukan referendum Brexit, terjadi kenaikan intensitas secara signifikan terkait pemberitaan Brexit, yaitu sebanyak 40 artikel mengenai Brexit dalam satu bulan. Semakin mendekati hari dilaksanakannya referendum, CNN semakin intens dalam memberitakan Brexit. Terhitung satu minggu sebelum referendum, tepatnya sejak 15 Juni 2016, terdapat 20 berita mengenai Brexit dengan rata-rata tiga artikel berita per hari nya. Penambahan intensitas ini merupakan bukti upaya CNN untuk meyakinkan publik bahwa Brexit merupakan isu penting yang harus mendapatkan perhatian.
Dari sisi priming, dalam kaitannya dengan Brexit, CNN melakukannya dengan cara pemilihan isu tertentu, yaitu isu-isu yang berkaitan dengan dampak ekonomi yang akan ditimbulkan oleh Brexit. Artikel-artikel tersebut dapat menggiring masyarakat untuk berpikir bahwa Brexit memiliki konsekuensi yang besar dalam bidang ekonomi. Inggris akan kehilangan mitra dagang terbesarnya apabila memutuskan keluar dari Uni Eropa.
Berbagai informasi mengenai dampak ekonomi Brexit yang dipublikasikan oleh CNN ini telah membangun kesadaran dalam masyarakat Inggris bahwa Brexit bukan hanya perkara keluar dari keanggotaan suatu organisasi saja, melainkan menjadi sebuah babak baru bagi Inggris untuk menjadi suatu negara yang lebih independen dan memiliki resiko ekonomi yang besar.
Dalam memberitakan suatu peristiwa, media memiliki kebijakan redaksionalnya sendiri untuk merekonstruksi fakta-fakta dalam membangun realitas. Hal ini disebut juga sebagai framing. Framing secara sederhana dapat diartikan sebagai pemberian makna terhadap suatu fenomena melalui pengemasan informasi oleh media. Dengan kata lain, pada tahap ini media hanya menampilkan sebagian informasi dari realitas yang ada dan menitikberatkan informasi tersebut dalam suatu artikel pemberitaan.
Terkait artikel-artikel yang dipublikasikan oleh CNN mengenai Brexit pada rentang waktu 2015 sampai 2016 lalu, beberapa artikel menekankan pada dampak ekonomi yang akan ditimbulkan apabila Inggris keluar dari Uni Eropa serta opini pelaku ekonomi di Inggris tentang Brexit, baik yang berbentuk artikel maupun video. Jenis framing seperti ini dapat membentuk pemikiran publik bahwa kemungkinan keluarnya Inggris dari Uni Eropa merupakan suatu hal yang besar dan bersejarah serta memiliki banyak konsekuensi besar didalamnya, termasuk ancaman ketidakpastian ekonomi kedepannya.
Melalui rangkaian pemberitaan terkait Brexit, CNN telah berkontribusi dalam dinamika isu internasional melalui pembentukan opini publik. Kontribusi CNN dalam kebijakan Brexit ini menunjukkan bahwa media sebagai pembentuk opini publik memiliki kekuatan yang besar dalam mempengaruhi suatu kebijakan.
Ke depannya, untuk mengukur efektivitas media berita dalam membangun opini publik, perlu dilakukan survey agar dapat melihat secara pasti apakah usaha media dalam pembentukan opini publik terhadap suatu isu benar efektif atau tidak. Sebagai pembaca maupun pemirsa, publik juga harus lebih cerdas dalam memilih berita dan tidak hanya berpaku pada satu media dalam mencari informasi mengenai suatu isu, karena setiap media memiliki cara pengemasan dan sudut pandang tersendiri dalam memberitakan suatu isu yang didorong oleh visi dan misi serta latar belakang media tersebut.