Pemburu barang olshop murah sempat dihebohkan dengan penutupan TikTok Shop di Indonesia pada Oktober 2023 lalu. Tak terasa kembalinya TikTok Shop yang menggandeng Tokopedia (Tokped) sudah tiga kali melewati putaran tanggal kembar. Pertanyaannya, akankah TikTok Shop meraih kesuksesan yang sama seperti sebelumnya?
Berdasarkan pembicaraan dengan beberapa pengguna dan penjual, ada berbagai faktor yang dapat mengembalikan kejayaan TikTok Shop. Yuk bahas lebih lanjut:
- Gebrakan Comeback TikTok Shop Bersama Tokped
TikTok Shop sempat berhenti beroperasi untuk menaati Permendag 31 Tahun 2023 yang mengatur pemisahan media sosial dan e-commerce. Penutupan ini disayangkan banyak pihak, termasuk Cherry selaku penjual di TikTok Shop. Cherry menyampaikan bahwa ia merasakan dampak dari penutupan platform milik ByteDance ini, “Sebelum tutup bagus orderannya, dan bisnis aku lumayan berdampak setelah tutup.”
Berbekal popularitas yang dimiliki sebelum ditutup, keputusan TikTok Shop untuk kembali beroperasi dengan menggandeng Tokped berhasil menciptakan buzz dan menarik perhatian publik. Tidak hanya menghasilkan pemberitaan positif di media, hasil Google Search juga menunjukkan kenaikan signifikan di tanggal comeback TikTok Shop.
Nadira, pengguna setia Tokopedia dan pernah beberapa kali berbelanja di TikTok Shop, menyatakan antusiasmenya terhadap kolaborasi ini, “Kalo gue nonton live atau scroll FYP (For Your Page) TikTok, click keranjang kuning, dan belanjanya diarahin ke Tokped yang pada dasarnya adalah marketplace favorit gue, tentu kolaborasi ini menarik banget buat gue.”
Terlepas dari antusiasme masyarakat, kembalinya TikTok Shop menuai kritikan dan dipertanyakan oleh berbagai pihak lantaran transaksi pembayaran masih dilakukan di satu platform yang sama. Ketika artikel ini ditulis, Kemendag sedang mengkaji model bisnis kemitraan ini dan memberikan batas waktu selama empat bulan untuk melakukan transisi sistem.
Kelancaran transisi sistem pembayaran menjadi salah satu kunci keberhasilan kolaborasi TikTok Shop dan Tokped. Jika sistem transaksinya dianggap menyulitkan, pengguna akan berpikir dua kali untuk kembali berbelanja di platform ini.
Di sisi lain, konsistensi dalam membangun government relations dan menjaga narasi positif di media juga penting dalam menjaga keberlanjutan reputasi TikTok Shop. Sebagai public relations (PR) agency, Praxis biasa membantu klien untuk kebutuhan ini, loh!
- Peningkatan Minat terhadap Live Shopping
Siapa yang familiar dengan uses and gratification theory? Teori ini menjelaskan bahwa orang mengkonsumsi media karena berbagai alasan, termasuk untuk mendapatkan informasi, hiburan, interaksi sosial, dan bahkan membangun opini.
Dalam konteks ini, ketika para pengguna membuka aplikasi e-commerce seperti Tokped atau Shopee, mereka sudah memiliki tujuan untuk mencuci mata atau berbelanja. Berbeda dengan TikTok yang dirancang sebagai social commerce. Pengguna yang awalnya hanya ingin berinteraksi di TikTok menjadi tergoda untuk berbelanja karena konten TikTok Shop disisipkan di antara konten yang mereka lihat di laman FYP.
Selain itu, TikTok turut mengadaptasi kesuksesan fitur TikTok LIVE menjadi live shopping yang memfasilitasi interaksi dua arah antara penjual dan pembeli. Fitur ini memberikan seamless experience bagi pengguna untuk terpapar informasi dan berbelanja langsung dalam satu aplikasi.
Menurut laporan Jakpat Indonesia E-Commerce Trends, minat terhadap live shopping di paruh kedua tahun 2023 mengalami peningkatan dibandingkan dengan paruh pertama. 87% responden mengaku mengunjungi live shopping, sementara 77% responden melakukan pembelian melalui live shopping. Riset tersebut dilaksanakan pada Juni hingga November 2023 kepada 1.509 responden dengan rentang usia 15-54 tahun di Jakarta dan sekitarnya (35%), Pulau Jawa (48%), dan di luar Pulau Jawa (17%).
Interaksi pada live shopping nyatanya lebih diminati oleh Millenial, Gen Z, dan wanita, yang cenderung memilih berbelanja melalui live shopping. Menariknya, sebanyak 4 dari 5 responden membuka link afiliasi di media sosial, dan 70% dari mereka memutuskan untuk melakukan pembelian. Selain itu, 7 dari 10 responden berencana melakukan pembelian melalui live shopping dalam 3 bulan mendatang.
Sejalan dengan data tersebut, Nadira mengungkapkan bahwa live shopping merupakan salah satu daya tarik dari TikTok Shop. “Di Indonesia, jualan dengan strategi live shopping atau soft selling berbau review video dari KOL gitu sepertinya masih juara di hati banyak orang,” kata Nadira.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TikTok Shop memiliki prospek yang menjanjikan. Selama TikTok masih populer sebagai media sosial, algoritme TikTok Shop—yang meningkatkan traffic ke toko yang sering melakukan live—akan terus menarik daya beli pengguna di masa mendatang.
Apalagi, banyak penjual yang sudah memiliki penggemar sebelum TikTok Shop ditutup. Meskipun tidak selalu berbelanja saat live, kehadiran para penonton setia yang aktif berinteraksi dan tap love saat penjual sedang live membantu toko tersebut sering muncul di feed FYP para pengguna.
- Strategi Perang Harga
Salah satu alasan utama masyarakat beralih ke belanja online adalah harga yang lebih terjangkau. Penjual olshop memerlukan biaya operasional yang lebih rendah daripada penjual yang memiliki toko fisik, sebut saja biaya sewa tempat, listrik, dan gaji karyawan. Belum lagi, penjual olshop dapat melakukan efisiensi manajemen stok dan pengiriman, sehingga mereka dapat menekan biaya dan memasang harga yang lebih kompetitif.
Oleh karena itu, pembeli yang gemar berbelanja online cenderung menggunakan platform yang dapat memberikan penawaran terbaik. Ini menguntungkan TikTok Shop yang dikenal tidak segan memberikan subsidi harga barang dan ongkir.
Pengguna TikTok Shop Rere menceritakan customer journey-nya yang ikut terkena “racun TikTok Shop”. “TikTok sebagai socmed tuh jarang gue buka, dan gue kurang familiar juga sama TikTok Shop. Tapi banyak orang yang compliment them like ‘murah banget!’ Gue akhirnya kepo dan setelah sekali coba malah ketagihan,” jelas Rere.
Rere juga mengungkapkan bahwa kunci kesuksesan TikTok Shop terletak pada strateginya dalam mempertahankan image, “Gue yakin TikTok Shop bisa hits lagi, meskipun belum kebayang apakah akan sama suksesnya seperti sebelumnya. Kalo mereka mempertahankan image super murah kaya dulu, menurut gue orang akan balik lagi. So do I, apalagi sekarang Shopee udah mulai pelit diskon, LOL!”
Cherry pun setuju bahwa harga yang lebih terjangkau menjadi faktor penentu utama keberhasilan TikTok Shop, “Kalo TikTok Shop bisa kasih free ongkir harusnya bisa bersaing, secara Shopee udah jarang kasih free ongkir kecuali waktu event. Tentu harapannya bisa kembali kaya dulu, tapi untuk sekarang masih tricky menilai keberhasilan kembalinya TikTok Shop. Butuh lebih lama running dulu baru bisa kelihatan.”
Senada dengan hal tersebut, Nadira melihat bahwa persaingan antar marketplace akan semakin ketat yang berujung pada perang harga. “Pemain besar mungkin ga masalah perang harga, tapi pasti berat untuk smaller seller atau UMKM. Sebaliknya, bicara dari POV buyer, kita diuntungkan dengan banyaknya pilihan, tinggal membandingkan mana yang paling murah,” ucap Nadira.
Meskipun bukan satu-satunya faktor penentu, harga yang kompetitif dinilai efektif menarik pembeli di tengah persaingan yang semakin sengit. Apakah kalian sependapat bahwa harga adalah faktor penentu utama kembalinya popularitas TikTok Shop?
Itulah beberapa indikator yang dapat membawa TikTok Shop kembali meraih kesuksesan. Setelah mencermati data yang menunjukkan peluang dan antusiasme masyarakat, serta faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian, mari kita nantikan langkah apa yang akan diambil oleh TikTok Shop dan Tokped selanjutnya.
Dengan potensi yang besar untuk mendapatkan popularitas seperti sebelumnya, TikTok Shop dan Tokped perlu aktif berkomunikasi dan melibatkan pengguna dan dalam perjalanannya berinovasi berdasarkan feedback yang diberikan. Dengan begitu, kolaborasi ini dapat terus memenuhi harapan masyarakat dan menjawab kebutuhan pasar yang dinamis.