Dinamika komunikasi terus berubah seiring dengan perkembangan tren dan teknologi. Namun, sebuah prinsip klasik tetap relevan: Rule of Seven. Prinsip ini menyatakan bahwa audiens perlu menerima pesan hingga tujuh kali. Setelah terpapar sebanyak tujuh kali, audiens baru akan mengambil tindakan seperti membeli barang atau menggunakan jasa. Di zaman serba terhubung yang penuh dengan lautan informasi, bagaimana kita bisa memastikan pesan tetap dengan efektif tersampaikan dan tidak tenggelam?
Rule of Seven
Rule of Seven adalah konsep dari teori pemasaran klasik tahun 1930-an yang didapati oleh eksekutif perfilman terkait kapan seseorang memutuskan untuk menonton film. Eksekutif perfilman tersebut akhirnya menemukan bahwa konsumen memerlukan beberapa paparan terhadap sebuah pesan untuk mengingat dan meresponsnya.
Konsumen pada umumnya mengakses begitu banyak sumber informasi. Maka dari itu, penting untuk memastikan pesan kita tidak hanya terlihat berulang kali, tetapi juga disampaikan dengan cara yang relevan dan strategis. Kampanye pemasaran yang efektif kini semakin bergantung pada penggunaan berbagai alat komunikasi untuk mempengaruhi perilaku audiens secara positif.
Salah satu pendekatan terbaik untuk menerapkan Rule of Seven di era serba terhubung adalah menggunakan Integrated Marketing Communications (IMC). IMC memungkinkan perusahaan atau brand untuk menyampaikan pesan konsisten melalui berbagai saluran, seperti: iklan, promosi penjualan, direct marketing, dan bentuk komunikasi lainnya.
Konsistensi ini penting dalam membangun preferensi konsumen terhadap produk, brand, atau perusahaan. Dengan memahami cara konsumen mengakses dan menerima informasi, IMC membantu memastikan bahwa pesan tersebut tidak hanya sering terlihat, tetapi juga relevan dan sesuai dengan harapan audiens. Pendekatan IMC dapat menciptakan hubungan yang lebih kuat antara konsumen dan brand, serta meningkatkan nilai dan loyalitas pelanggan.
Salah satu penerapan IMC efektif dapat dilihat dalam kampanye IKEA yaitu “Rumahku, Ceritaku” pada tahun 2022. Saat itu, Praxis membantu IKEA menggunakan berbagai saluran seperti siaran pers, informasi media, workshop, iklan, advertorial, serta kolaborasi dengan key opinion leaders dan sebuah akun media sosial.
Kegiatan konferensi pers kampanye “Rumahku, Ceritaku” oleh IKEA Indonesia
IKEA juga melakukan kegiatan lain secara mandiri seperti memasang iklan, promosi di toko, serta menyebarkan newsletter. Tujuannya adalah untuk memastikan pesan mereka mencapai audiens secara luas dan konsisten di berbagai platform. Melalui pendekatan ini, IKEA berupaya menciptakan paparan yang konstan di berbagai channel, meningkatkan kemungkinan pesan mereka diingat dan diterima oleh audiens.
Namun, tantangan utama dari prinsip ini adalah menjaga konsistensi pesan di seluruh saluran tanpa berlebihan dalam mengulang-ulang pesan yang sama. Audiens dapat dengan mudah mengalami kejenuhan jika pesan diulang secara berlebihan tanpa memberikan nilai tambah.
Misalnya, kampanye yang terlalu sering mengulang pesan yang sama bisa membuat audiens merasa bosan dan bahkan menjauhi merek tersebut. Oleh karena itu, selain fokus pada frekuensi paparan, penting untuk memperhatikan kualitas dan relevansi pesan yang disampaikan.
Bagi para profesional komunikasi, menerapkan prinsip Rule of Seven memerlukan pendekatan yang strategis dan adaptif. Pastikan pesan yang digarap tidak hanya sering disampaikan, tetapi juga tetap relevan dan tidak membuat jenuh di seluruh saluran komunikasi.
Tidak ada salahnya untuk melakukan evaluasi berkala terhadap strategi yang dibuat dan sesuaikan dengan feedback dari audiens untuk memastikan efektivitas pesan. Praxis terus mendalami cara mengoptimalkan strategi komunikasi menggunakan Rule of Seven. Kamu dapat mengunjungi praxis.co.id atau ikuti akun media sosial kami @praxisionaire untuk berdiskusi tentang bagaimana menerapkan Rule of Seven untuk perusahaan atau brand kamu.