Source: Freepik.com
Dalam dunia bisnis, kemampuan berkomunikasi dengan baik merupakan aset yang sangat berharga. Menurut Ivan Lanin, penulis dan pemerhati bahasa Indonesia, menguasai bahasa Indonesia adalah keterampilan yang penting untuk dimiliki siapa saja yang ingin mencapai kesuksesan. Bahasa adalah alat utama untuk menyampaikan ide, memberikan instruksi, dan berbagi visi dengan kolega, mitra, serta klien. Sayangnya, kesalahan berbahasa Indonesia masih sering terjadi di lingkungan bisnis, yang dapat membuat pesan menjadi tidak jelas atau bahkan disalahpahami. Yuk, kita simak lima kesalahan umum dalam berbahasa Indonesia di komunikasi bisnis dan cara mudah untuk mengatasinya.
1. Pencampuran Bahasa yang Berlebihan
Source: Freepik.com
Pada era globalisasi, banyak orang yang fasih menggunakan lebih dari satu bahasa, terutama bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Meskipun bilingualisme adalah keunggulan, mencampur dua bahasa secara berlebihan dapat membuat pesan sulit dipahami, terutama oleh mereka yang tidak fasih dalam kedua bahasa tersebut. Pencampuran bahasa juga bisa membuat proses komunikasi terkesan kurang profesional. Sebaiknya, pilih satu bahasa dan konsistenlah dalam penggunaannya untuk memastikan pesan yang ingin disampaikan dapat dimengerti dengan jelas.
2. Jargon dan Kata-kata Klise
Source: Pexels.com
Dunia bisnis penuh dengan istilah khusus atau jargon yang sering digunakan dalam konteks tertentu. Namun, penggunaan jargon yang berlebihan tanpa penjelasan dapat menyebabkan kebingungan agar terdengar lebih profesional. Jargon tanpa penjelasan makna hanya akan membuat pesan kita sulit dipahami oleh banyak orang. Untuk itu, saat sedang menulis siaran pers atau ketika sedang membawakan acara, sebisa mungkin gunakan padanan kata yang lebih mudah dimengerti. Jika harus menggunakan jargon, pastikan untuk menjelaskan maknanya dengan singkat dan mudah dipahami.
3. Kalimat yang Berbelit-belit
Source: Freepik.com
Komunikasi yang efektif haruslah ringkas dan jelas. Kalimat yang terlalu panjang dan berbelit-belit dapat membuat pesan sulit dipahami dan memakan waktu lebih lama untuk diproses oleh pembaca. Ini bisa berisiko saat menulis email, siaran pers, atau bahkan dalam presentasi karena kita akan kesulitan menyampaikan ide kepada lawan bicara kita. Untuk itu, setelah menulis, biasakan untuk membaca kembali kalimat yang sudah dibuat dan potong bagian yang tidak perlu. Lalu, selalu gunakan struktur yang jelas dalam menulis dan elemen dasar pada kalimat seperti subjek, predikat, objek, dan keterangan yang jelas.
4. Ketidakcermatan dalam Penggunaan Ejaan, Tanda Baca, dan Kata Depan.
Source: Pexels.com
Penggunaan ejaan, tanda baca, dan kata depan yang tepat adalah fondasi dari komunikasi yang jelas. Kesalahan dalam ejaan atau tanda baca bisa mengubah makna kalimat secara signifikan. Misalnya, kalimat "Saya sudah makan, ibu" berbeda artinya dengan "Saya sudah makan ibu". Penggunaan kata depan seperti "di" dan "ke" sering kali menjadi jebakan bagi banyak orang. Misalnya, penulisan "ditempat" yang seharusnya "di tempat", atau "kerja ke kantor" yang seharusnya "kerja di kantor". Meskipun terkesan sepele, kesalahan ini dapat mengurangi profesionalisme dan kejelasan pesan. Untuk itu, penting untuk menginvestasikan waktu untuk menguasai aturan dasar dalam penggunaan ejaan, tanda baca, dan kata depan. Kamu juga bisa menggunakan alat bantu seperti ejaan.id untuk memeriksa pengejaan dan struktur kalimat kamu untuk memudahkan orang lain untuk memahami ide kita.
5. Penggunaan Kalimat Pasif Berlebihan
Kalimat pasif memang memiliki tempatnya dalam bahasa Indonesia, terutama untuk menyampaikan tindakan tanpa menekankan pelakunya. Namun, penggunaan kalimat pasif yang berlebihan dapat membuat tulisan atau ucapan terasa kaku dan sulit dipahami. Sebaliknya, kalimat aktif bersifat lebih dinamis dan jelas sehingga membantu audiens memahami pesan dengan lebih baik. Cobalah untuk memvariasikan struktur kalimat dengan menggabungkan kalimat aktif dan pasif agar tulisanmu lebih menarik.
Source: Pexels.com
Kesalahan berbahasa dalam dunia bisnis bukan hanya permasalahan teknis, tetapi juga mencerminkan profesionalisme dan kredibilitas. Komunikasi yang jelas, tepat, dan efektif akan meningkatkan kepercayaan dan mempermudah kolaborasi. Sebaliknya, kesalahan berbahasa dapat menyebabkan kebingungan, menurunkan citra profesional, dan bahkan menimbulkan kesalahpahaman yang merugikan. Oleh karena itu, penting bagi setiap pekerja termasuk seorang Public Relations untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia. Dengan melakukan itu, kita tidak hanya dapat berkomunikasi dengan lebih baik, tetapi juga menunjukkan bahwa kita adalah profesional yang kompeten dan dapat dipercaya.