Photo by Brian Yurasits on Unsplash
“Jangan pakai sedotan plastik, itu bahaya untuk penyu!”
“Plastik itu terurainya lama, nggak baik untuk laut kita”
“Mulai sekarang belanjanya local brand aja, ya. Fast Fashion itu buruk!”
Seruan ini keras diteriakan oleh para praktisi lingkungan hidup agar lebih banyak orang sadar tentang kerugian yang telah kita berikan kepada bumi. Gerakan sustainable lifestyle nyatanya sudah ada sejak beberapa tahun silam, di mana merupakan sebuah upaya untuk mengurangi penggunaan Sumber Daya Alam bumi yang tidak bisa lagi diperbarui. Namun faktanya, kita semua tahu itu, tapi apa yang menahan kita untuk jadi lebih baik?
Persoalannya, gaya hidup berkelanjutan memiliki stigma angkuh, eksklusif, mahal, dan tidak dapat diaplikasikan dengan mudah serta tidak bisa dijangkau oleh banyak orang. Padahal, memulai gaya hidup sustainable tidaklah harus dilakukan secara besar-besaran, seperti mengganti pakaianmu dengan berbagai bahan yang ramah lingkungan atau langsung mengganti semua makananmu menjadi organik. Sebenarnya, berkenalan dengan bumi bisa dimulai dari mengenal dirimu sendiri. Saya pribadi percaya, langkah-langkah kecil yang kita lakukan secara konsisten akan memberikan dampak baik pula pada bumi.
Pernah nggak kalian sedang berkunjung ke tempat-tempat wisata, seperti daerah pegunungan, namun tidak lagi merasakan hawa dingin. Kenapa menurutmu ini terjadi? Tentu saja karena gaya hidup kita yang menyebabkan pencemaran lingkungan, yang pada akhirnya berakibat pada pemanasan global, perubahan iklim, dan lain-lain. Kita, sebagai masyarakat kota, sayangnya, sulit benar-benar merasakan dampak kerusakan lingkungan, selain udara di kota yang sudah menurun kualitasnya. Akhirnya kita terus terlena pada kenyamanan dan saat dipertemukan dengan masalah yang lebih besar, kita tidak bisa berbuat apa-apa.
Photo by Jacek Dylag on Unsplash
Langkah pertama untuk memulai gaya hidup berkelanjutan bisa dimulai dengan bertanya pada diri sendiri, “Apa yang bisa aku lakukan untuk bumi, ya?” Salah satu jawaban yang saya dapatkan adalah mengurangi sifat konsumtif manusia! Platform belanja online yang kini merajalela serta toko-toko pakaian di tempat perbelanjaan yang menawarkan berbagai macam promo dapat menjadi alasannya. Hal ini berakibat pada pembelian barang yang sebenarnya tidak kita perlukan. Lihat barang-barang yang telah kita miliki, cek satu persatu dan tanyakan “Apakah aku masih memerlukan ini?”, jika jawabannya tidak, mulai declutter barang yang sudah tidak sparks joy lagi, mengutip dari Marie Kondo.
Decluttering sendiri dapat membantumu menentukan apakah barang ini harus kamu simpan, jual, atau donasi. Hal ini berlaku untuk semua barang, termasuk pakaian, yang merupakan salah satu penyumbang limbah terbanyak di dunia! Dengan itu, kita dapat mengenal diri kita, apakah kita benar-benar membutuhkan barang ini, beli karena tuntutan sosial, atau hanya lapar mata? Pada akhirnya, kita bisa lebih bijak dalam mengkonsumsi apapun dan secara tidak langsung mengurangi jejak karbon yang berpotensi merusak lingkungan.
Kesadaran diri akan bumi yang tidak sedang baik-baik saja penting ditanamkan di diri kita. Hidup dengan sadar berarti hanya mengambil, membeli, atau melakukan sesuatu yang memang dirimu benar-benar perlukan. Dengan hal ini, perubahan cara hidup lebih ramah lingkungan ternyata dapat dilakukan sejak dalam pikiran! Beberapa cara lain untuk bisa mengenal dekat dengan bumi adalah memulai dengan yang ada. Gunakan peralatan makan, kotak makan siang, dan botol minum yang ada di rumah. Sesederhana membawa tas atau keranjang yang sudah kamu miliki dapat memberikan dampak baik walaupun usaha yang dikeluarkan pun sedikit. Dari hal-hal kecil yang dilakukan akan membawamu melakukan hal yang lebih besar, dengan mendaur ulang sampah di rumahmu dan membuat pupuk kompos sendiri hingga menggunakan menstrual cup dan bukan pembalut sekali pakai. Jadi, kenali dirimu lebih dan jangan berhenti lakukan apa yang bisa kamu lakukan, dengan apa yang kamu punya.
setuju. memulai sustainable life mestinya mudah dan dapat dilakukan oleh semua orang. kita bisa memulai dari menilik kembali perilaku konsumtif kita. tanpa membeli peralatan makan yang baru atau baju baru yang lebih eco-friendly, kita bisa menggunakan barang yang sudah ada. good read, vania!