Pernahkah Anda merasa buntu dalam menciptakan sebuah konten tulisan? Kondisi di mana kamu merasa sulit dalam memulai proses menulis, tidak memiliki ide yang cukup baik untuk ditulis sehingga menyebabkan tidak selesainya suatu tulisan. Tentunya rasanya sangat menyebalkan dan menghambat produktivitas dalam bekerja.
Kondisi di mana kamu merasa buntu seperti penjelasan di atas, biasa dikenal sebagai writer's block. Konsep ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang psikoanalis asal Amerika Serikat, Edmund Bergler pada tahun 1940 dengan mengamati lebih dari 50 penulis di New York City saat itu.
Kondisi writer's block bisa terjadi kapan saja dan siapa saja. Bagi kamu yang bekerja di industri kreatif terutama yang aktifitas utamanya adalah menulis, tentunya pernah mengalaminya. Seorang jurnalis yang sehari-hari nya menulis tentunya sudah cukup “akrab” dengan kondisi tersebut. Tuntutan pekerjaan yang mengharuskan jurnalis menulis sebuah berita dalam jumlah yang cukup banyak dalam sehari mengharuskan mereka untuk tetap kreatif setiap saat. Hal ini dibenarkan oleh jurnalis Kompas.com desk lifestyle, Tasha. “Selama enam tahun saya bekerja sebagai jurnalis full time, kondisi writer's block cukup sering. Mulai dari mengalami kebuntuan dalam menulis hingga kejenuhan yang cukup berat sehingga memberikan rasa stress.” Senada dengan Tasha, Sabrina Alisa yang telah bekerja sebagai jurnalis selama enam tahun di Kompas Gramedia Group mengalami hal yang sama. “Jenuh dan bosan sudah pasti. Selama empat tahun pertama pada karir saya, saya wajib menuliskan enam hingga delapan artikel dalam sehari untuk iDEA.”
Selain kejenuhan yang menjadi penyebab kondisi writer's block, rasa gelisah dan kekhawatiran yang berlebih dapat menjadi pemicu utama seorang penulis mengalami kesulitan. Seorang UI/UX writer, Alverta berpendapat bahwa kondisi writer block merupakan manifestasi kegelisahan akan tulisan yang hendak dibuat. “Kegelisahan dan kekhawatiran akan tulisan yang ingin dibuat belum cukup bagus sehingga menghambat proses penulisan. Lebih lanjut lagi, kegelisahan tersebut biasanya muncul karena belum ada struktur ide yang jelas akan tulisan tersebut,” jelasnya. Alverta kerap kali mengalami hambatan ketika ingin menulis dan itu disebabkan oleh belum jelasnya ide, tujuan penulisan dan artikel seperti apa yang ingin diciptakan.
Dengan kata lain, kondisi writer's block yang dialami setiap orang boleh jadi berbeda-beda. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of North Florida, menyimpulkan terdapat empat penyebab yang dapat mempengaruhi kondisi seorang penulis dan menciptakan kondisi writer's block:
-
Psychologist: Stress yang timbul akan kejenuhan, kondisi mental yang sedang tidak stabil
-
Motivational: Takut akan penolakan dari pihak lain, hilangnya semangat dalam melakukan pekerjaan dalam hal ini menulis
-
Cognitive: Perfeksionis, belum memiliki struktur penulisan yang jelas,
-
Behavior: Penundaan dalam menulis
Lalu, bagaimana menyiasati kondisi writer's block? Tidak ada sumber yang mengatakan secara pasti cara yang dapat menghilangkan kondisi writer's block. Hal ini dikarenakan menulis bukanlah hal yang eksak tapi bagian dari seni. Setiap orang tentunya memiliki solusi yang berbeda- beda dalam menyikapi writer's block. Akan tetapi, tidak ada salahnya mencoba tiga solusi kunci untuk menyiasati kondisi writer's block. Yuk, mari kita coba!
1. Bebaskan pikiran dengan menulis apa saja
Bagaimana bisa menghilangkan writer's block dengan menulis? Tentu bisa. Hambatan umum yang dihadapi adalah saat kamu belum memiliki struktur pemikiran dan tulisan yang solid. Oleh karena itu, bebaskan pikiran kamu dengan menulis apa saja yang kamu pikirkan dan rincian yang anda rasakan. Aktivitas ini bertujuan untuk memicu kamu untuk fokus kembali kepada topik yang kamu ingin bahas di artikel yang ingin dibuat.
2. Baca buku atau artikel yang menggugah inspirasimu
Membaca artikel atau buku yang kamu sukai bisa jadi menjadi langkah yang baik untuk refreshing. Ketika membaca artikel atau buku yang menarik perhatian kita, kerap kali berhasil memicu rasa keingintahuan kita dan bisa menjadi ide baru dalam menulis. Tidak perlu membebani pikiran kamu dengan bacaan yang harus inspiratif, mulailah dari hal yang kamu suka.
3. Take a real break!
Berdasarkan pengalaman para jurnalis di atas, dapat dikatakan bahwa kejenuhan merupakan salah satu faktor utama penyebab kondisi writing block. Kejenuhan dapat dijadikan pertanda untuk kamu beristirahat secara penuh. Kamu bisa ambil cuti dari pekerjaan kamu untuk berjalan-jalan atau sekedar beristirahat menikmati luang. Hal ini dapat membantu kamu meringankan pikiran dan kembali produktif saat bekerja. Hal ini dibenarkan oleh para jurnalis dan juga UI//UX writer di mana mereka akan memberikan waktu luang untuk diri sendiri untuk sekedar beristirahat, nonton Netflix, mendengar musik atau baca buku.
Setiap orang memiliki kendala dan juga solusi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, jangan takut untuk terus mengeksplorasi diri kamu dalam berkarya dan juga menyiasati setiap kondisi writer's block kamu. Tetap semangat dan tunggu tulisan saya berikutnya!