Sumber foto: Instagram/OfficialRCTI
Pada awal Februari lalu, media sosial riuh rendah mengomentari penampilan pemeran antagonis seri drama “Bawang Merah Bawang Putih” yang populer di tahun 2004, Nia Ramadhani di ajang TikTok Awards Indonesia 2020. Pasalnya, Nia dianggap gagal dalam memandu acara bergengsi tersebut dengan dalih mata minus.
Warganet yang menyaksikan acaranya secara langsung maupun menonton video pemutaran ulang segera berbondong-bondong memberikan ceramah bahwasanya profesi Master of Ceremony (MC) memerlukan wawasan luas dan jam terbang yang tinggi. Nasi kepalang jadi bubur. Peristiwa Nia menjadi MC di acara TikTok Awards sudah terlanjur menjadi sejarah.
Apa sebenarnya yang terjadi pada Nia Ramadhani? Ada yang beranggapan bahwa Nia kurang persiapan, tidak berpengalaman, atau bahkan tim belakang panggung tidak mempersiapkan para MC (termasuk Nia) dengan baik. Mungkin saja hal-hal tersebut benar. Namun, satu hal yang pasti, setidaknya bagi saya, Nia mengalami stage fright a.k.a demam panggung.
Apa itu stage fright? Secara harfiah, stage fright merupakan rasa gugup saat tampil di depan penonton. Umumnya, orang yang mengalami ini akan berkeringat dingin pada telapak tangan, merasakan jantung yang berdebar kencang, ingin menangis, sesak, hilang fokus, cemas, atau tenggorokan kering. Keadaan yang muncul saat harus berbicara di depan publik ini disebut sebagai mekanisme “fight or flight”, apakah kita memilih respon melawan atau lari.
Faktanya, sekitar 77% populasi dunia mengalami rasa cemas saat harus berbicara di depan publik. Lalu, mengapa manusia harus mengalami demam panggung? Seperti yang dijelaskan pada salah satu video TED-ed, manusia alaminya adalah makhluk sosial yang cenderung ingin mempertahankan reputasi baik. Kegiatan berbicara di depan umum dapat mengancam reputasi tersebut. Ketakutan dianggap bodoh atau tidak cukup baik ketika berbicara di depan publik menjadi sebuah ancaman bagi otak. Dan ini sangat sulit untuk dikendalikan.
Kabar baiknya, selalu ada cara untuk mengatasi setiap masalah. Pada kasus demam panggung, satu hal yang perlu kita jaga adalah perspektif yang benar. Stage fright memang sulit dikendalikan karena itu adalah reaksi alamiah dan dipengaruhi berbagai faktor dalam tubuh. Namun, kita tidak perlu terus menerus memikirkan hal-hal yang tidak bisa dihindari, sebaliknya fokus pada apa yang bisa dikendalikan.
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa cemas atau respon tubuh yang berlebihan adalah berlatih dengan cukup. Kita dapat melakukan simulasi lingkungan latihan semirip pertunjukan nyata. Pun kita dapat mempraktikan hal-hal sulit dan pertanyaan-pertanyaan sukar yang dapat mengancam reputasi sedini mungkin. Alih-alih membiarkan otak meyakinkan tubuh bahwa kita tidak mampu atau siap menjadi mangsa pencemooh, kita justru akan menjadi lebih percaya diri.
Selain itu, demam panggung seringkali muncul di menit-menit atau bahkan detik-detik terakhir menjelang presentasi. Latihan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan meregangkan otot dan menarik napas dalam-dalam. Kembali lagi, semuanya adalah tentang perspektif. Untuk itu, yakinkan diri sendiri bahwa kita mampu menghadapinya. Beberapa tips lain agar tidak panik saat berbicara di depan publik dapat ditemukan di artikel konsultan Praxis lainnya. Make sure to check it out!
Jadi kalau kamu melihat kembali penampilan Nia Ramadhani di TikTok Awards, apa yang bisa kamu pelajari? Bagikan pendapatmu di kolom komentar ya!